Hentikan Kematian akibat asbes di Asia Pasifik – Konferensi ABAN 2021.

Di beberapa negara bagian Asia, membawa 500 gram satu bubuk putih dapat mengakibatkan hukuman mati, tetapi mengimpor 1.000 ton debu putih mematikan lainnya adalah legal dan menguntungkan.

Debu putih Asbes atau asbestos sebagai karsinogen yang dilarang di sebagian besar dunia, meski berbahaya, namun hingga saat ini masih merupakan bahan bangunan yang umum dan berbahaya di sebagian besar pembangunan dan konstruksi di Asia termasuk Indonesia.

Asbes secara langsung bertanggung jawab atas 209.000 kematian terutama akibat kerja per tahun, menurut laporan baru yang dirilis dari ILO WHO pekan lalu. Paparan asbes dapat menyebabkan Asbestosis, kanker paru, kanker ovarium dan hingga kanker mematikan bernama mesothelioma.

Untuk kesekian kalinya pada 28 – 30 Sepetember 2021, Jaringan ABAN (Asian Ban Asbestos Network) atau Jaringan Pelarangan Asbes se-Asia melaksanakan Konferensi Internasional. Konferensi ini diikuti oleh sekitar 150 – 200 peserta, perwakilan lebih dari 13 Negara, 8 interpretasi Bahasa, dengan satu suara, satu tujuan sama, yaitu penghapusan penyakit terkait asbes di Asia dan keadilan bagi korban asbes.

Pembukaan ABAN Conference 2021 di buka dengan pidato dari Presiden Komisi Internasional untuk Kesehatan Kerja (ICOH), Dr Jukka Takala, yang memberikan statistik serius tentang efek kesehatan masyarakat yang berkelanjutan dari dampak penggunaan asbes.

Perwakilan hampir dari seluruh perwakilan seluruh Asia, mulai dari aktivis serikat pekerja, ilmuan, medis, lingkungan dan media serta para korban dan keluarga mereka bekerja dan berkumpul pada konferensi ini untuk membunyikan alarm pada asbes atau ‘pembunuh diam-diam’ ini dan mengekspos perdagangan kotor dan mereka yang meraup keuntungan dari bahan beracun ini.

Asia adalah wilayah di dunia yang mengkonsumsi lebih dari 80% dari semua asbes yang diperdagangkan secara global pada tahun 2021, karena lebih dari 66 negara dan wilayah seperti Uni Eropa Australia, Jepang, Korea Selatan dan Nepal telah melarang impor dan penggunaan zat beracun tersebut. Saat ini, Indonesia merupakan pengimpor asbes terbesar di dunia setelah India. selama 10 tahun terakhir, telah lebih dari 1 juta Ton Meter Kubik bahan baku asbes di datangkan dari negara seperti Russia, China, dan Kazakhstan.

Sementara pandemi COVID mendominasi berita utama yang menjadi perhatian publik, awan serat asbes di pabrik-pabrik dan di lokasi konstruksi di seluruh negara berkembang lebih cenderung menarik perhatian dan penolakan resmi. Di beberapa negara Asia termasuk China, asbes menempati sepuluh besar penyebab penyakit akibat kerja pada pekerja, beberapa di antaranya terpapar saat bekerja sebagai anak-anak. Angka tersebut umumnya dianggap lebih tinggi karena sebagian besar data Asia bergantung pada tenaga kerja yang sangat mobile dengan tingkat turnover yang tinggi. Angka tersebut juga tidak termasuk keluarga dan komunitas yang kemungkinan kontaminasinya tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi.

Testimoni dari Brian F Healy untuk Konferensi ABAN 2021. Brian adalah mantan buruh yang di diagnosa mesothelioma karena pekerjaannya.

Beban global dari Perkiraan penyakit menunjukkan Vietnam mengalami lebih dari 2.000 kematian per tahun dan Indonesia lebih dari 1.000 per tahun.

Di negara-negara yang telah melarang segala jenis asbes, sebagian besar berpikir masalah asbes sudah selesai dan benar-benar dibersihkan. Namun, Beban Kesehatan dan ekonomi masih harus terus ditanggung mereka yang pernah menggunakan bahan baku asbes. Pelarangan asbes adalah salah satu bagian dari langkah dijalan yang tepat.

Guillermo Villamizar, Direktur dari Colombia Asbestos Free Foundation memberikan sambutan untuk Konferensi ABAN 2021

Konferensi 3 hari ini juga menjadi panggung bagi para korban yang berjuang melawan penyakit asbes dari 4 negara, dari pakar internasional termasuk Komisi Internasional untuk Kesehatan Kerja (ICOH-International Commission on Occupational Health) dan Badan Keselamatan dan Pemberantasan Asbes Australia (Asbestos Safety and Eradication Agency).

Tidak ada jumlah paparan asbes yang aman, tetapi asbes umumnya memiliki efek terburuk ketika seseorang terpapar pada konsentrasi yang intens, atau terpapar secara teratur dalam jangka waktu yang lama. Tetapi bahkan paparan singkat seperti pembongkaran rumah gedung atau tempat kerja yang terdapat produk mengandung asbes telah diketahui menyebabkan penyakit fatal.

Asbes terakumulasi dalam tubuh dengan setiap paparan, dan tidak ada cara yang diketahui untuk membalikkan kerusakan yang ditimbulkannya.

Asbes masih ada di sini dan sekarang dan masih membunuh di kawasan Asia Pasifik. Konfrensi yang diselenggarakan dalam situasi pandemi dengan menggunakan metode online ini adalah hal baru yang akan terus kita temui. Ini membuktikan tidak ada yang dapat menghalangi usaha kita semua jika kemauan telah ada dan semangat telah membulat.

Seperti langkah langkah kecil namun pasti yang tetap diperjuangkan selama ini, konferensi ABAN 2021 ini adalah tabungan bersama untuk membangun generasi kedepan yang bebas ranjau pembangunan pembunuh jutaan manusia. Ranjau itu adalah asbestos.

#NoMoreKill #BanAsbestosNow #AsbestosKills #StopTheDirtyBusiness #ABAN2021

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *