Laporan Kasus
Temuan CT Scan Dada Plak Pleura dan Asbestosis pada Pasien Kanker Paru : Sebuah Studi Kasus
Aziza Ghanie Icksan, MD Sp.Rad (K),1Anna Suraya, MD, MKK, SpOk,2 Nurul Hanifah, MD,3 Elisna Syahruddin, MD, Sp.P (K)4 and Astrid Sulistomo, MD, MPH, SpOk5
1 Department of Radiology Persahabatan, Nasional Respiratory Referral Hospital Jakarta and Faculty of Medicine UPN Veteran Jakarta, Indonesia
2 Center for International Health CIHLMU, University Hospital, LMU Munich, Germany and Occupational Health and Safety Program, Binawan University, Jakarta, Indonesia
3 Occupational Medicine and Environmental Study Centre, Jakarta, Indonesia
4 Division of Thoracic Oncology Department of Pulmonology Faculty of Medicine, Universitas Indonesia Persahabatan hospital, Jakarta, Indonesia
5 Occupational Medicine Specialist, Universitas Indonesia Academic Hospital, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Seorang pria enam puluh delapan tahun dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi pengobatan adenokarsinoma paru. Pencitraan computed tomography (CT) dada menunjukkan nodul paru, plak pleura, opasitas ground-glass, dan pita parenkim yang berhubungan dengan asbestosis. Plak pleura adalah proksi paparan asbes, dan asbestosis adalah fibrosis parenkim paru yang disebabkan oleh asbes. Wawancara mengungkapkan bahwa pasien telah bekerja sebagai pemilik perusahaan konstruksi selama lebih dari 37 tahun. Pekerja konstruksi berisiko tinggi terkena penyakit terkait asbes karena beberapa bahan bangunan mengandung asbes.
Studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan temuan CT dada asbestosis dan plak pleura yang menunjukkan adanya paparan asbes pada kasus kanker paru. Kasus ini menunjukkan peran penting CT dada untuk menentukan penyakit paru-paru terkait asbes dan wawancara terstruktur untuk mendapatkan paparan asbes di masa lalu.
Kata Kunci: kanker paru, asbes, pekerja konstruksi, CT dada
LATAR BELAKANG
Laporan kasus ini bertujuan untuk menunjukkan adanya asbestosis dan plak pleura yang ditunjukkan oleh CT dada yang mewakili paparan asbes masa lalu pada kasus kanker paru-paru. Sepengetahuan penulis, hingga saat ini, belum ada penelitian yang melaporkan kanker paru terkait asbes di Indonesia. Oleh karena itu, laporan kasus ini diharapkan dapat membantu orang lain dalam membuat diagnosis penyakit akibat kerja kanker paru terkait asbes di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan perlunya pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli paru, ahli radiologi, dan dokter kedokteran okupasi.
PRESENTASI KASUS
Seorang laki-laki etnis Jawa berusia enam puluh delapan tahun dibawa ke Rumah Sakit Rujukan Nasional Penyakit Paru-Paru RS Persahabatan untuk pengobatan kanker paru-paru, di mana ia menyelesaikan kemoterapi lini pertama. Pasien tidak memiliki keluhan klinis. Riwayat keluarga menunjukkan bahwa ibunya meninggal karena kanker payudara. CT scan dada dengan kontras menunjukkan nodul paru kanan atas dengan diameter sekitar 2,5 cm dan nodul satelit berdiameter 1 cm. Nodul berlobus dan memiliki margin berspekulasi dan ekor pleura yang konsisten dengan morfologi ganas (Gambar 1). Juga, kami mengamati plak pleura, pita parenkim, dan opasitas ground-glass di kedua lobus bawah paru-paru. CT scan dada aksial menunjukkan pita parenkim sebagai densitas linier memanjang dari permukaan pleura melalui paru-paru dengan panjang 6 cm dan 11 cm yang terletak di lobus kiri bawah paru. Opasitas linier kurva subpleural dengan panjang 2 cm terlihat di dekat pita parenkim (Gambar 2). Rekonstruksi koronal mengungkapkan perubahan parenkim yang berdekatan dengan pleura (plak pleura berbentuk tanah yang khas) dan opasitas ground-glass di kedua lobus paru bawah (Gambar 3A). Plak pleura tipis dengan margin meruncing diamati di kedua zona paru bawah (Gambar 3B). Temuan CT dada tersebut adalah temuan karakteristik asbestosis. Temuan tersebut tidak dapat diamati pada CT scan dada setelah tiga bulan kemoterapi karena pasien memiliki efusi pleura di kedua paru-paru bagian bawah yang menutupi perubahan pleura. CT scan dada yang diambil tiga bulan sebelumnya menunjukkan pola yang sama dari perubahan pleura dan parenkim terkait asbes (Gambar 4 dan 5).
Sitologi dari aspirasi jarum transbronkial menunjukkan adenokarsinoma, dan uji mutasi reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) menghasilkan persentase isi tumor sekitar 200 sel tanpa terdeteksi mutasi.
Pasien telah menjadi pemilik perusahaan konstruksi selama lebih dari 37 tahun. Ia terlibat dalam berbagai pekerjaan konstruksi, mulai dari renovasi rumah sederhana hingga proyek besar seperti membangun apartemen, jalan, dan jembatan. Pasien bekerja untuk mengelola seluruh proses proyek konstruksi mulai dari penyediaan dokumen, penyiapan bahan, dan terlibat langsung dalam pengawasan proyek kerja. Dia bekerja rata-rata 12 jam per hari dan 5 sampai 7 hari seminggu tanpa cuti reguler.
Terlibat langsung dalam proyek konstruksi telah menempatkan pasien dalam kontak dekat dengan bahan bangunan yang mengandung asbes. Di Indonesia, tidak ada laporan pengukuran asbes di industri konstruksi.
DISKUSI
Kecurigaan bahwa asbestosis mungkin terkait dengan kanker paru-paru mulai muncul pada 1930-an. Pada tahun 1935, Gloyne adalah orang pertama yang melaporkan kasus sugestif kanker paru-paru terkait asbes, dua kasus karsinoma sel kecil pada wanita dengan asbestosis.1 Kemudian, pada tahun 1955, Doll membuktikan hubungan kausal antara asbestosis dan kanker paru-paru.2 Sebuah penelitian dari Indonesia oleh Suraya et al. melaporkan bahwa kanker paru-paru dua kali lipat untuk pekerja yang terpapar asbes daripada pekerja yang tidak terpajan. Risiko kanker paru-paru di antara pekerja konstruksi dua kali lipat dibandingkan dengan pekerja lain.3,4
Kasus ini merupakan kasus kanker paru terkait asbes yang pertama kali dilaporkan secara kebetulan di Indonesia. Meskipun negara tersebut tidak memiliki kriteria untuk mendefinisikan kanker paru-paru terkait asbes, paparan asbes di masa lalu ditemukan dengan menemukan plak pleura dan asbestosis pada CT dada. Riwayat pekerjaan memperkuat bukti paparan asbes di masa lalu.
Dalam hal ini, temuan karakteristik radiografi mungkin cukup untuk menetapkan eksposur. Banyak penelitian menunjukkan bahwa plak pleura merupakan penanda pajanan asbes yang berguna yang muncul pada sekitar 60 persen orang dengan pajanan asbes di tempat kerja.5,6
Dalam mengevaluasi plak pleura, CT konvensional lebih unggul daripada film dada. Pada CT, plak pleura tampak sebagai penebalan pleura fokal dengan tampilan linier, seperti pita, atau nodular. Plak pleura dapat mempengaruhi parenkim paru yang berdekatan dan menyebabkan garis lengkung subpleural paru.7,8
Plak pleura biasanya menunjukkan lesi multipel yang melibatkan pleura parietal, umumnya bersama dengan rusuk keenam sampai kesembilan.9 Plak tersebut biasanya bilateral, meskipun sepertiga kasus melibatkan hemitoraks unilateral.10 Lokasi yang paling umum adalah dinding dada, diikuti oleh diafragma dan mediastinum.
Asbestosis adalah fibrosis parenkim paru yang terjadi pada paru yang terpajan asbes. Studi melaporkan bahwa paparan kumulatif sekitar 10 hingga 25 tahun serat dapat menyebabkan asbestosis. Radiografi konvensional relatif tidak sensitif dalam mendeteksi asbestosis dini dan cenderung mengabaikan keberadaan penyakit.11 Telah diketahui dengan baik bahwa computed tomography (HRCT) resolusi tinggi memberikan gambaran yang jelas tentang kelainan parenkim dan pleura.11,12
Jumlah paparan asbes pada pasien ini dapat diperkirakan dengan merekonstruksi pengukuran paparan melalui literatur, yaitu asbestos job exposure matrices (JEM) yang didirikan di banyak negara. Sedangkan untuk Indonesia, JEM asbes tidak dapat ditetapkan karena tidak tersedianya data konsentrasi asbes di udara. JEM asbes dari Korea diadopsi untuk menentukan jumlah paparan asbes pada pasien ini. Menurut JEM yang dikembangkan oleh Choi et al. di Korea, seorang pekerja konstruksi termasuk dalam kelompok paparan 29 (EG29) di bawah industri konstruksi gedung apartemen. Dilaporkan bahwa dari tahun 1996 hingga 2006, konsentrasi asbes di industri konstruksi berkisar antara 0,004 hingga 0,32 serat/ml dengan konsentrasi weighted arithmetic mean (WAM) adalah 0,0393 serat/mL.13 Pasien ini bekerja di proyek konstruksi dari tahun 1978 hingga 2015, dengan jam kerja per hari adalah sekitar 12-jam, 5 sampai 7 hari seminggu.
Paparan asbes kumulatif yang dinyatakan dalam serat – tahun adalah konsentrasi serat dan total durasi paparan. Satu tahun serat standar didefinisikan sebagai paparan selama shift 8 jam selama 240 hari kerja dan tersebar selama 48 minggu dengan konsentrasi serat udara standar satu serat per sentimeter kubik atau 1×10^6 serat meter kubik.7 Diberikan satu tahun serat standar, sebagai dijelaskan sebelumnya, dengan asumsi pasien bekerja selama 12 jam 5 hari seminggu, paparan minimal 0,22 tahun serat (37 tahun x 12/8 jam x 0,004 serat/mL). Eksposur maksimal adalah 17,26 tahun serat (37 tahun x 12/8 jam x 0,32 serat/mL. Karena proyek konstruksi di Indonesia masih jauh dari kualitas perlindungan pekerja yang baik, pekerja konstruksi disangkakan terpapar konsentrasi asbes yang lebih tinggi. Waktu retensi serat asbes di paru-parunya dihitung 40 tahun (1978-2018).
Data Statistik Perdagangan Luar Negeri menunjukkan lebih dari satu juta ton industri asbes di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir, sebagian besar sebagai bahan baku atap, semen, platform, dan partisi. Terdapat 17 pabrik asbes untuk keperluan bahan bangunan dan 16 industri manufaktur asbes yang memproduksi produk yang mengandung asbes untuk keperluan lain di Indonesia. Dilaporkan juga bahwa setidaknya 411 perusahaan mengimpor bahan yang mengandung asbes. Akhir-akhir ini dikatakan bahwa sekitar 9,8% rumah di Indonesia menggunakan atap asbes, yang menunjukkan kemungkinan besar pekerja konstruksi bekerja dengan bahan yang mengandung asbes.14
KESIMPULAN
Laporan kasus ini menunjukkan kasus kanker paru terkait asbes yang dapat ditentukan dengan adanya plak pleura dan asbestosis pada CT scan. Pengambilan riwayat pekerjaan dapat mengungkapkan paparan asbes di masa lalu yang meningkatkan risiko kanker paru-paru di antara pekerja yang terpapar asbes. Penguatan kontrol keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya di industri asbes dan industri konstruksi, diperlukan untuk melindungi pekerja dari kanker paru-paru dan penyakit terkait asbes lainnya. Studi ini merekomendasikan studi epidemiologi dan eksperimental lebih lanjut mengenai paparan asbes dan efeknya.
Pernyataan Kepengarangan
Semua penulis berpartisipasi dalam pengumpulan dan analisis data dan menyetujui versi final yang diajukan.
Pengungkapan Penulis : Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Sumber Pendanaan : Penelitian ini dibiayai sendiri.
Referensi
- Gloyne SR. Two Cases of Squamous Carcinoma of the Lung Occurring in Asbestosis. Tubercle [Internet]. 1935 [cited 2019 Jan 5];17:5–10. Available from: https://www.cabdirect.org/cabdirect/abstract/19362700526
- Doll R. Mortality from lung cancer in asbestos workers 1955. Br J Ind Med [Internet]. 1993 Jun [cited 2019 Jan 30];50(6):485–90. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1035472/
- Suraya A, Nowak D, Sulistomo AW, Ghanie Icksan A, Syahruddin E, Berger U, et al. Asbestos-Related Lung Cancer: A Hospital Based Case-Control Study in Indonesia. International Journal of Environmental Research and Public Health [Internet]. 2020 Jan [cited 2020 Jan 20];17(2):591. Available from: https://www.mdpi.com/ 1660-4601/17/2/591
- Suraya A, Nowak D, Sulistomo AW, Icksan AG, Berger U, Syahruddin E, et al. Excess Risk of Lung Cancer Among Agriculture and Construction Workers in Indonesia. Annals of Global Health [Internet]. 2021 Jan 6 [cited 2021 Jan 25];87(1):8. Available from: http://www.annalsofglobalhealth.org/articles/10.5334/aogh.3155/
- Diagnosis and Initial Management of Nonmalignant Diseases Related to Asbestos. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine [Internet]. 2004 Sep 15 [cited 2017 Apr 29];170(6):691–715. Available from: http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1164/rccm.200310-1436ST
- Ultra low dose CT screen‐detected non‐malignant incidental findings in the Western Australian Asbestos Review Programme – Murray – 2016 – Respirology – Wiley Online Library [Internet]. [cited 2019 Jan 4]. Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/ 10.1111/resp.12826
- Elshazley M, Shibata E, Hisanaga N, Ichihara G, Ewis AA, Kamijima M, et al. Pleural Plaque Profiles on the Chest Radiographs and CT Scans of Asbestos-exposed Japanese Construction Workers. Industrial Health [Internet]. 2011 [cited 2019 Jan 4];49(5): 626-33. Available from: http://joi.jlc.jst.go.jp/JST.JSTAGE/indhealth/MS1268?from=CrossRef
- Kim Y, Myong J-P, Lee JK, Kim JS, Kim YK, Jung S-H. CT Characteristics of Pleural Plaques Related to Occupational or Environmental Asbestos Exposure from South Korean Asbestos Mines. Korean Journal of Radiology [Internet]. 2015 Oct [cited 2017 Aug 8];16(5):1142. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4559786/
- Fletcher DE, Edge JR. The early radiological changes in pulmonary and pleural asbestosis. Clin Radiol. Jan 1;21(4):355–65.
- Gevenois PA, Vuyst PD, Dedeire S, Cosaert J, Weyer RV, Struyven J. Conventional and high-resolution CT in asymptomatic asbestosexposed workers. Acta Radiol. Jan 1;1994:226–9.
- Asbestosis Imaging: Practice Essentials, Radiography, Computed Tomography. 2019 Nov 12 [cited 2020 Sep 7]; Available from: https://emedicine.medscape.com/article/352900-overview
- Kusaka, Yukinori, Hering, Kurt G., Parker, John E. International Classification of HRCT for Occupational and Environmental Respiratory Diseases. Springer New York; 2005.
- Choi S, Kang D, Park D, Lee H, Choi B. Developing Asbestos Job Exposure Matrix Using Occupation and Industry Specific Exposure Data (1984–2008) in Republic of Korea. Saf Health Work [Internet]. 2017 Mar [cited 2017 Sep 10];8(1):105–15. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5355542/
- Badan Pusat Statistik [Internet]. [cited 2017 Aug 8]. Available from: https://www.bps.go.id/
Download laporan kasus asli dalam bahasa inggris :