Setelah IARC (The International Agency for Research on Cancer) pada tahun 1977 menyatakan bahwa asbes putih (chrysotile) memiliki sifat carcinogenic, penggunaannya mulai dilarang di negara industri maju seperti Uni Eropa, Australia, Jepang, Chili, Arab Saudi dan negara lain. Sejak saat itu perdagangan asbes putih bergeser ke negara-negara berkembang. Saat ini, WHO memperkirakan sekitar 125 juta orang di seluruh dunia terpapar asbes dan 90.000 orang diantaranya akan meninggal dunia setiap tahun akibat penyakit asbestosis, kanker paru dan mesothelioma.
Namun, apa itu asbes?
Ketika mendengar kata Asbes atau asbestos, pada umumnya masyarakat Indonesia masih mengasosiasikan dengan sebuah nama produk atap semen bergelombang, namun sebenarnya asbes merupakan bahan mineral yang menjadi bahan baku sebuah produk. Asbes atau asbestos adalah salah satu bahan tambang yang terdiri dari Magnesium-Calsium-Silikat yang berbentuk serat. Elemen di dalamnya seperti Silica atau pasir. kristal berserat tipis, dengan masing-masing serat terlihat terdiri dari jutaan “fibril” mikroskopis yang dapat terlepaskan ke udara karena abrasi dan proses lainnya. Bahan ini memiliki kekuatan dan ketahanan tinggi terhadap api serta zat kimia. Keuntungan lain dari bahan mineral ini adalah nilai ekonomis yang relatif lebih murah.
Debu atau serat asbes adalah partikel-partikel asbes yang beterbangan/ bertebaran di udara atau partikel-partikel asbes terendap yang dapat terhambur ke udara sebagai debu di lingkungan sekitar. Serat asbes memiliki ukuran diameter kurang dari 3um (kira–kira lebih tipis dari 1/700 rambut kita) dengan panjang 3 kali diameter yang dapat dengan mudah terhirup oleh manusia.
Asbes : Jenis dan serat yang terkait
Enam jenis mineral didefinisikan oleh United States Environmental Protection Agency sebagai “asbes” termasuk yang termasuk dalam kelas serpentin dan yang termasuk dalam kelas amphibole. Semua enam jenis mineral asbes dikenal sebagai karsinogen (pemicu kanker) bagi manusia.
Serat terlihat sendiri masing-masing terdiri dari jutaan mikroskopis “fibril” yang dapat terlepas ke udara karena abrasi dan proses lainnya. Semua bentuk asbes bersifat fibril karena terdiri dari serat dengan luas kurang dari 1 mikrometer yang terjadi pada bundel dan memiliki lebar yang sangat besar. Asbes dengan serat halus juga disebut sebagai “amianthus“.
SERPENTINE
Serpentine : Kelas serat serpentin keriting. Asbes putih (Chrysotile) adalah satu-satunya anggota kelas serpentin.
Pada umumnya jenis asbes dikenal dengan warnanya seperti asbes putih (chrysotile), asbes biru, asbes coklat, asbes hijau.
Chrysotile
Chrysotile, sering disebut asbes putih, diperoleh dari batuan serpentin yang umum di seluruh dunia. Rumus kimianya adalah Mg3 (Si2O5) (OH) 4. Chrysotile muncul di bawah mikroskop sebagai serat putih.
Chrysotile adalah satu-satunya jenis asbes yang masih legal dipergunakan di industri Indonesia. Chrysotile lebih fleksibel daripada jenis amphibole asbes, dan bisa dipintal dan ditenun menjadi kain. Chrysotile di kategorikan sebagai B3 (Bahan Beracun Berbahaya). Penggunaannya yang paling umum adalah pada lembaran atap semen asbes bergelombang yang biasanya digunakan untuk bangunan luar, gudang dan garasi. Ini juga dapat ditemukan pada lembaran atau panel yang digunakan untuk langit-langit dan terkadang untuk dinding dan lantai.
Chrysotile telah menjadi komponen dalam senyawa gabungan dan beberapa plester. Sejumlah barang lainnya telah dibuat yang mengandung chrysotile, termasuk lapisan rem, penghalang api di fusebox, insulasi pipa, ubin lantai, dan gasket untuk peralatan suhu tinggi.
AMPHIBOLE
Serat kelas amfibola memiliki bentuk seperti jarum. Amosite, crocidolite, tremolite, anthophyllite dan actinolite adalah anggota kelas amphibole :
Amosite
Amosite, yang sering disebut sebagai asbes coklat, adalah nama dagang untuk amphibol yang termasuk dalam rangkaian solusi padat cumrupite-grunerite, yang umumnya berasal dari Afrika Selatan, dinobatkan sebagai akronim untuk “Tambang Asbes di Afrika Selatan”.
Satu formula yang diberikan untuk amosite adalah Fe7Si8O22 (OH) 2. Amosite terlihat di bawah mikroskop sebagai serat vitreous putih abu-abu. Paling sering ditemukan sebagai penghambat api dalam produk insulasi termal, papan isolasi asbes dan ubin langit-langit.
Crocidolite
Crocidolite, yang sering disebut asbes biru, adalah bentuk fibrosa dari riebeckite amfibol. Asbes jenis ini pada umumnya di Afrika bagian selatan, tapi juga ditemukan di Australia dan Bolivia.
Satu formula yang diberikan untuk crocidolite adalah Na2Fe2 + 3Fe3 + 2Si8O22 (OH) 2. Crocidolite terlihat di bawah mikroskop sebagai serat biru. Crocidolite umumnya sebagai serat gembur lunak. Asbes amphibol juga bisa terjadi sebagai serat gembur lunak tapi beberapa varietas seperti amosite biasanya lebih tegak.
Sumber : http://asbestosglobal.org/what-is-asbestos/