International Ban Asbestos Secretariat atau IBAS, merilis sebuah artikel pada tanggal 3 Mei 2018 yang berjudul “Dramatic Fall in Asbestos Production”. Artikel tersebut menginformasikan bahwa produksi asbes di dunia mengalami penurunan yang drastis. IBAS mengutip angka perkiraan yang dikeluarkan oleh Lembaga United State Geological Survey (USGS) yang memang angka produksi asbes menurun tajam.
Produksi asbes mengalami penurunan dimana pada tahun 2012 dunia dapat memproduksi asbes hingga 2,1 juta ton tetapi memasuki kurun waktu tahun 2015 menjadi 1,4 juta ton atau setara dengan 31%. Jatuhnya angka produksi ini disebabkan oleh perubahan tingkat produksi Russia yang notabenenya menjadi salah satu negara yang memproduksi asbes terbesar di dunia. Produksi asbes oleh negara penghasil terbesar lainnya seperti Cina yang dipangkas hampir 50% untuk tahun 2014-2015. Sedangkan Brazil dan Kazakhstan tidak terlalu menunjukan perubahan yang drastis yaitu hanya sekitar 15% dari total produksinya.
Data yang diambil USGS ini tidak dapat ditelaah lebih lanjut mengenai variable-variabel perubahan tingkat produksi di masing-masing negara. USGS adalah satu-satunya Lembaga yang mempunyai akses data lapangan di dunia. Kecuali, USGS mendasarkan variable tingkat konsumsi asbes di dunia yang juga mengalami penurunan.
Perubahan yang signifikan dalam konsumsi asbes menjadi sorotan di beberapa negara. SriLanka, yang mengkonsumsi asbes sebanyak 44.300 ton tahun 2012 menurun menjadi 34.900 di tahun 2013. Tahun 2014-2015 SriLanka dilaporkan tidak lagi mengkonsumsi asbes. Hal ini dikarenakan pemerintah SriLanka sedang melakukan stop impor dari Russia. Walaupun aksi pemerintahan SriLanka dinilai tepat, tapi mendapatkan perlawanan kembali dari pemerintahan Russia dengan cara Russia tidak lagi membeli hasil teh SriLanka. Berbeda halnya dengan India pada tahun 2015 yang mengalami peningkatan tajam dari 318.000 ton menjadi 370.000 ton. Belum diketahui apa penyebab peningkatan ini.
Indonesia juga menjadi sorotan dalam data yang dirilis USGS tersebut. Indonesia mengalami penurunan dari 120.258 ton pada tahun 2015 menjadi 114.460 ton dan turun kembali menjadi 109.035 ton. Meskipun begitu, nilai import asbes masih terbilang tinggi melihat angka import tersebut mencapai ratusan ribu ton dan itu masih menjadikan Indonesia masuk dalam salah satu negara konsumen asbes tertinggi di dunia.
Pada akhirnya, artikel IBAS menyajikan perbandingan penurunan produksi dan konsumsi asbes pada beberapa negara. Berikut tabelnya.
Country | Production | Consumption | ||||||
2011 | 2015 | Difference | 2011 | 2015 | Difference | |||
tonnes | tonnes | tonnes | % | tonnes | tonnes | tonnes | % | |
Russia | 1,022,000 | 692,000 | -331,000 | -32.3 | 287,000 | 171,000 | -115,000 | -40.2 |
China | 368,000 | 220,000 | -148,000 | -40.3 | 561,000 | 311,000 | -250,000 | -44.6 |
Brazil | 304,000 | 260,000 | -44,000 | -14.5 | 175,000 | 155,000 | -21,000 | -11.8 |
Kazakhstan | 226,000 | 195,000 | -31,000 | -13.6 | 83,000 | 25,000 | -57,000 | -69.4 |
Canada | 50,000 | – | -50,000 | – | – | – | – | – |
Other | – | – | – | – | 964,000 | 758,000 | -206,000 | -21.4 |
Global | 1,969,000 | 1,367,000 | -602,000 | -30.6 | 2,070,000 | 1,420,000 | -650,000 | -31 |