Esai : Epidemi mesothelioma ganas yang diam: Sebuah seruan untuk bertindak
Mesothelioma ganas, diakui sebagai penyakit baru pada 1950-an, hampir secara eksklusif disebabkan oleh paparan debu asbes dan biasanya didiagnosis beberapa dekade setelah paparan pertama. Penyakit ini awalnya terbatas menimpa pada pekerja pabrik asbes, tetapi diagnosis pada non-pekerja pabrik terus melonjak. Meskipun telah diakui oleh WHO dan International Agency for Research on Cancer (IARC), lebih dari 40 tahun yang lalu, bahwa semua bentuk asbes bersifat karsinogenik, tetapi penggunaan asbes secara global meningkat pesat,1 hal ini menyebabkan mineral tersebut hampir ada di mana-mana, seperti di dalam rumah, bangunan komersial, kapal, kendaraan, dan berbagai produk. Ketika larangan asbes dikampanyekan di Eropa dan Australia, penggunaannya malah melonjak di negara-negara yang para pedagangnya mengatakan bahwa asbes krisotil aman untuk digunakan.2 Meskipun bukti dari karsinogenisitasnya meningkat, tetap saja banyak negara belum menyadari urgensi pelarangan asbes dan tidak mengindahkan tujuan WHO untuk mengurangi atau menghentikan kasus kanker akibat paparan debu asbes (gambar 1). Perwakilan dari sepuluh negara—Rusia, Kazakhstan, Suriah, Zimbabwe, Kirgistan, Venezuela, Pakistan, Kuba, India, dan Iran— terus memblokir gerakan PBB yang telah 15 tahun melabeli asbes krisotil sebagai bahan yang sangat berbahaya. Karena epidemi mesothelioma ganas global tidak menunjukkan tanda-tanda mereda,3,4 ahli onkologi harus memperkuat gagasan bahwa kerusakan berkelanjutan yang disebabkan oleh asbes tidak dapat dikurangi tanpa menghentikan semua penambangan dan perdagangan asbes, meningkatkan kesadaran publik, menegakkan peraturan, serta meningkatkan diagnosis dan pengobatan. Dalam Esai ini, kami meneliti kembali bagaimana asbes diam-diam telah menyebabkan epidemi global dan merangkum karsinogenesis, pencegahan, dan pengobatan terbaru dari mesothelioma. Peran lobi pro-asbes akan ditunjukkan. Bacaan lebih lanjut dapat ditemukan pada lampiran.
Asbestos dan kanker
Asbes mengacu pada dua kelompok serat mineral silikat yang terhidrasi secara alami. Salah satunya dicirikan dengan serat lurus seperti jarum (amfibol) dan yang lainnya dengan serat keriting (serpentin) seperti ular. Krisotil berbentuk serpentin tunggal dan merupakan 90-95% dari semua asbes yang digunakan di seluruh dunia. Kelompok amfibol dibagi menjadi crocidolite (asbes biru), amosite (asbes cokelat), tremolite, anthophyllite, dan actinolite. Semua hal itu terdaftar sebagai karsinogen grup 1.5,6 Asbes telah lama dianggap sebagai bahan ajaib karena memiliki bobot yang ringan, kekuatan tarik yang tinggi, ketahanan terhadap degradasi kimia, dan konduktivitas listrik. Karakteristik tersebut berkontribusi pada peningkatan drastis penggunaan asbes di abad ke-20. Karsinogenisitas asbes pertama kali terungkap pada tahun 1950-an.7 Dalam sebuah penelitian nekropsi yang melibatkan 105 pria yang dipekerjakan oleh sebuah perusahaan asbes, 18 kanker paru-paru terdeteksi dan pada 15 orang di antaranya, juga ditemukan asbestosis. 5 tahun kemudian, paparan asbes di tempat kerja secara kausal berkaitan dengan mesothelioma ganas.8 Serat asbes yang masuk ke dalam rumah melalui pakaian yang terkontaminasi juga menyebabkan mesothelioma ganas dan tercatat telah terjadi ratusan kasus pada anggota keluarga pekerja pabrik asbes.9 Bersekolah di sekitar pabrik asbes secara signifikan meningkatkan risiko seumur hidup menderita mesothelioma ganas,10 dan tinggal di dekat pabrik asbes Eternit di Casale Monferrato (Italia) sudah cukup untuk menyebabkan mesothelioma ganas; dalam waktu 4 tahun, mesothelioma ganas pada non-pekerja pabrik asbes mencapai angka 15:9 per 100.000 orang.11 Pada studi lain menunjukkan bahwa semakin jauh seseorang tinggal dari pabrik asbes atau tambang, semakin rendah risiko mesothelioma ganas mereka.12 Tinggal di rumah yang menggunakan serpihan asbes halus sebagai insulasi atap juga dikaitkan dengan peningkatan kasus kanker.13
Pengacara yang terlibat dalam litigasi asbes adalah orang yang pertama menyadari perubahan profil pasien mesothelioma ganas. Klien awalnya adalah penambang dan pekerja di industri asbes (gelombang pertama), tetapi kemudian diikuti oleh tukang kayu, tukang ledeng, tukang listrik, mekanik mobil, dan lainnya yang telah berkecimpung dengan bahan yang mengandung asbes (gelombang kedua). Selama 20-30 tahun terakhir, baik pria maupun wanita yang terpapar asbes, yang digunakan pada bangunan didiagnosis dengan mesothelioma ganas (gelombang ketiga). Tak kalah penting, merenovasi rumah secara mandiri yang terkontaminasi asbes akan berkontribusi besar terhadap epidemi mesothelioma ganas di Australia.14 Mesothelioma ganas yang ditimbulkan oleh paparan asbes di lingkungan sekitar memiliki tingkat yang sama pada pria dan wanita. Meningkatnya insiden pada wanita di Rusia dan Kazakhstan menunjukkan bahwa keberadaan tambang krisotil dan penggunaan asbes yang tidak dibatasi di negara-negara tersebut dapat memengaruhi lingkungan.4 Penggunaan asbes secara ekstensif dan kegagalan untuk membuang limbah asbes dalam jumlah besar dengan aman telah menimbulkan masalah besar bagi lingkungan. Larangan asbes baru tidak akan memengaruhi jutaan ton asbes yang telah mencemari lingkungan. Karena lokasi yang akurat dan biaya yang tinggi untuk memulihkan area yang terkontaminasi sangat sukar dilakukan, ini memungkinkan terjadinya insiden kanker akibat asbes, termasuk mesothelioma ganas, yang akan berkurang selama bertahun-tahun.
Kontroversi amfibol-krisotil
Konsensus ilmiah menyatakan bahwa serat asbes amfibol dan serpentin bersifat karsinogenik, bahkan sedikit paparan dapat mengakibatkan peningkatan risiko kanker.15 Hubungan antara paparan krisotil dengan angka kematian akibat mesothelioma ganas pertama kali diketahui 40 tahun yang lalu serta telah dikonfirmasi dengan menggabungkan riwayat paparan asbes dan data angka kematian yang disesuaikan dengan usia.16,17 Meskipun serat amfibol dapat menimbulkan risiko mesothelioma ganas lebih tinggi daripada serat krisotil, studi epidemiologi menunjukkan bahwa risiko kanker paru-paru akibat krisotil mendekati risiko yang disebabkan oleh amfibol. Studi eksperimental menunjukkan bahwa karsinogenesis mesotelial yang diinduksi oleh krisotil berkaitan erat dengan kelebihan zat besi.18 Serat amfibol dan krisotil yang ditanamkan pada pleura tikus menghasilkan temuan bahwa ukuran serat berkaitan dengan potensi karsinogenik. Serat amfibol yang terperangkap di paru-paru dianggap menolak pembersihan oleh makrofag paru dan menjadi pusat peradangan, sedangkan serat krisotil diperkirakan dibersihkan dengan cepat.19 Namun, teori pembersihan krisotil secara cepat ini didasarkan oleh percobaan pada hewan, didanai oleh Asbestos (Krisotil) Institute dan Pemerintah Quebec. Penulis yang sama dengan konflik kepentingan memperkenalkan konsep penggunaan krisotil yang aman20 dan dikritik karena referensinya yang selektif. Sebuah studi penting tentang dimensi serat di paru-paru pekerja pabrik asbes dengan mesothelioma ganas telah menunjukkan bahwa sebagian besar serat pendek (krisotil) terdeteksi di jaringan yang diperoleh dari 168 pekerja. Dari 10.575 serat yang dianalisis, hanya 247 (2·3%) yang merupakan serat panjang atau tipis; sebagian besar (9454 [89·4%]) pendek (<5 µm).21 Studi yang lebih baru, dengan menggunakan biopsi paru berulang, menunjukkan bahwa beban serat (66% krisotil) meningkat dari waktu ke waktu.22 Peneliti Perancis menyimpulkan bahwa pembagian antara serat asbes pendek dan panjang tidak memiliki kekuatan ilmiah dan bahwa patogenisitas serat asbes pendek tidak dapat dikesampingkan.23 Paparan terhadap krisotil murni dan krisotil yang terkontaminasi amfibol berkaitan dengan peningkatan risiko mesothelioma ganas (krisotil yang terkontaminasi amfibol menghasilkan risiko yang lebih tinggi daripada krisotil murni).24
Lobi pro-asbes
Pada abad ke-20, Kanada adalah produsen krisotil terkemuka. Saat ini, jumlah yang ditambang di Kanada, di mana tambangnya sekarang telah ditutup, dikerdilkan oleh produksi di Rusia, Kazakhstan, Cina, Brasil (meskipun terdapat larangan penggunaan secara domestik), dan Zimbabwe. Meskipun banyak negara berpenghasilan tinggi melarang semua bentuk asbes setelah terbukti karsinogenisitasnya, penggunaan asbes tetap melonjak di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lemahnya peraturan pekerjaan dan lingkungan dikombinasikan dengan studi yang kurang dapat dipercaya yang disponsori oleh lobi pro-asbes digunakan untuk mempromosikan perdagangan krisotil.25 Asosiasi Krisotil Internasional, yang didanai dan dikendalikan oleh negara yang berkepentingan pribadi penghasil asbes, telah berhasil menentang pencantuman krisotil sebagai bahan berbahaya di bawah Konvensi Rotterdam PBB selama dua dekade.26 Lobi pro-asbes menggunakan taktik yang sama dengan perusahaan tembakau; segera setelah dampak mematikan asbes diketahui publik di negara-negara berpenghasilan tinggi, perhatian dialihkan ke negara-negara berkembang. Untungnya, organisasi akar rumput dan pakar lingkungan telah memastikan bahwa saran mendesak mengenai asbes dari para ilmuwan dan organisasi kesehatan terus muncul di berita utama. Anehnya, Pemerintah AS terus mengizinkan impor dan penggunaan terbatas asbes dan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) hendak melonggarkan kebijakan asbes pada tahun 2018. Pada saat yang sama, Uralasbest, perusahaan Rusia yang menambang dan memproduksi asbes krisotil, memuji Presiden AS saat itu, Donald Trump, dan EPA untuk bersiap melonggarkan kebijakan asbes di AS. Menghadapi tekanan hukum, EPA setuju, pada tahun 2020, untuk memperluas Evaluasi Risiko yang sedang berlangsung untuk asbes di bawah UndangUndang Pengendalian Zat Beracun. Diharapkan bahwa EPA dan Pemerintah AS akan terhindar dari keterlibatan yang lebih banyak dalam propaganda industri asbes. Di masa lalu, IARC dikritik karena mengirimkan delegasi ke konferensi yang diselenggarakan oleh lobi pro-asbes dan dengan demikian memberikan kesan terhormat. Niat jahat dari pelobi pro-asbes diilustrasikan dengan hukuman dari sebuah firma intelijen yang berbasis di London, yang membayar mantan produser televisi Inggris untuk memata-matai para aktivis akar rumput antiasbes. Pada tahun 2021, menteri luar negeri Rusia sekali lagi meremehkan karsinogenisitas krisotil dan mengumumkan dukungan berkelanjutan untuk industri asbes Rusia, sambal mengkritik dukungan UE yang terkait dengan larangan asbes secara universal. Selain itu, negara-negara berkembang yang berniat melarang krisotil Rusia telah diancam dengan sanksi perdagangan.
Karsinogenesis asbes dan kemoprevensi
Peradangan kronis adalah ciri khas dalam perkembangan banyak kanker dan merupakan langkah pertama yang penting dalam karsinogenesis asbes (gambar 2). Setelah terperangkap di paru-paru, serat asbes menghasilkan oksigen reaktif dan spesies nitrogen reaktif, melalui kombinasi fagositosis frustrasi pada serat asbes dan reaksi Fenton yang dikatalisis besi. Oksigen reaktif atau spesies nitrogen reaktif pada gilirannya menyebabkan kerusakan DNA, peroksidasi lipid, kematian sel melalui ferroptosis, dan pelepasan sitokin pro-inflamasi.27 Sel mesotelial manusia sangat rentan terhadap kerusakan oleh serat asbes, yang menyebabkan kematian sel nekrotik dalam model eksperimental. Sel mesotelial nekrotik melepaskan HMGB1, selanjutnya berkontribusi pada mikrolingkungan yang meradang, yang menginduksikan autofagi (menyebabkan kelangsungan hidup sel mesotelial yang rusak) dan ferroptosis (meningkatkan kerusakan DNA). Sitokin yang dilepaskan sebagai respons terhadap asbes juga menginduksi transisi epitel ke mesenkim dan mengaktifkan protein-aktivator 1 (AP-1), mediator peradangan berkelanjutan dan proliferasi sel. Sel kekebalan juga dipengaruhi oleh proses inflamasi kronis, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan kekebalan tumor. Bersama-sama, faktorfaktor ini menyebabkan hilangnya aktivitas penekan tumor, perubahan status epigenetik, dan proliferasi sel, yang menghasilkan transformasi onkogenik. Tingkat kelangsungan hidup yang buruk dari pasien mesothelioma ganas dan interval panjang antara paparan asbes pertama dan diagnosis mesothelioma ganas memberikan argumen kuat untuk pendekatan kemopreventif baru. Beberapa studi kemoprevensi pada pasien yang terpapar asbes (berfokus pada vitamin, antioksidan, dan obat anti inflamasi) tidak memberikan sinyal positif.28 Pada akhir 1990-an, studi kemoprevensi skala besar (CARET29 dan ATBC30) melibatkan pekerja pabrik asbes, tetapi sayangnya kanker yang paling umum terjadi di antara peserta yang menerima anti-oksidan (beta-karoten). Belakangan, metabolit oksidatif betakaroten yang dihasilkan oleh asap rokok dihipotesiskan sebagai penyebab potensial dalam peningkatan risiko kanker yang diamati. Model tikus transgenik telah meningkatkan wawasan kita dalam karsinogenesis mesotelioma ganas,31 dan juga telah digunakan untuk menguji pendekatan kemopreventif. Ini mengurangi akumulasi zat besi di tempat inflamasi dan menargetkan aktivitas HMGB1 yang tertunda karsinogenesis setelah paparan asbes. Klinoptilolit, zeolit alam dengan kapasitas yang baik untuk menyerap ion besi, juga mampu memoderasi karsinogenesis yang diinduksi asbes.32
Kebutuhan terus-menerus yang tidak terpenuhi dari individu yang terpapar asbes dan bukti potensi kemopreventif dari langkah-langkah untuk memperbaiki mikrolingkungan yang meradang menjadi dasar pelaksanaan studi lanjutan.
Pendekatan pengobatan baru
Pengenalan inhibitor pos pemeriksaan kekebalan di fasilitas kesehatan telah menandai titik balik dalam pengobatan mesothelioma ganas setelah dua decade dengan sedikit kemajuan.33 Antibodi monoclonal diarahkan terhadap PD-1, ligan serumpunnya PD-L1, CTLA4, atau semua ini aktif dalam subkelompok pasien, berkembang setelah kemoterapi. Nivolumab saja dan nivolumab ditambah dengan ipilimumab menunjukkan aktivitas yang jelas pada pasien kambuh dengan mesothelioma ganas dan percobaan CheckMate 743 menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dengan nivolumab plus ditambah dengan ipilimumab lebih baik daripada dengan nivolumab saja atau kemoterapi standar sebagai pengobatan pertama.34 Beberapa penelitian lain menemukan kontrol penyakit yang lebih baik dalam kelompok pasien yang menerima inhibitor pos pemeriksaan kekebalan secara individu atau dalam kombinasi. Terlepas dari hasil yang menggembirakan ini, sebagian besar pasien dengan mesothelioma ganas terus tidak merespons inhibitor pos pemeriksaan kekebalan.
Pentingnya histopatologi dalam prognosis mesothelioma ganas telah lama diketahui. Pasien dengan subtype epithelioid memiliki prognosis terbaik, mereka dengan subtipe sarcomatoid yang terburuk, dan mereka dengan subtipe biphasic memiliki prognosis menengah. Oleh karena itu, proses transisi epitel ke mesenkim, di mana sel epitel kehilangan polaritasnya dan memperoleh penanda mesenkimal, dianggap sebagai bentuk perkembangan penyakit. Selain itu, upregulasi PD-L1 berjalan seiring dengan transisi ke subtipe nonepithelioid dan downregulasi mikro-RNA penekan tumor.
Dengan demikian, regulasi epigenetik dapat berkontribusi pada mikrolingkungan dengan sangat imunosupresif yang ada pada mesothelioma ganas.35 Beberapa jalur kekebalan mungkin perlu dipulihkan sebelum imunoterapi dapat menunjukkan potensi kuratif pada mesothelioma ganas. Lebih positif lagi, portofolio perawatan berbasis kekebalan terbaru saat ini memasuki uji klinis, dengan terapi sel CART yang diarahkan mesothelin (NCT03054298 dan NCT04577326) sebagai contoh yang menonjol.
Kesimpulan dan perspektif masa depan
Jutaan ton asbes terus didistribusikan, memicu epidemic mesothelioma ganas. Dokter, pejabat kesehatan, dan masyarakat harus menegaskan kembali bahwa paparan asbes dan kanker akibat asbes bukanlah masalah masa lalu, dan bahwa epidemi ini berlanjut karena tidak adanya peraturan, kurangnya kesadaran, dan disinformasi dari pelobi pro-asbes. Selain itu, kegagalan kita untuk membuang limbah asbes dengan aman telah menimbulkan masalah lingkungan dengan ukuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan skenario yang paling optimis—konsensus seluruh dunia tentang pelarangan asbes dengan segera tidak akan memperbaiki risiko yang disebabkan oleh asbes yang sudah ada di lingkungan. Untungnya, organisasi akar rumput di seluruh dunia berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya asbes. Kolaborasi internasional yang kuat dan tekanan politik yang besar akan diperlukan untuk menetapkan langkah-langkah pencegahan di negaranegara berkembang dan untuk menjamin bahwa Konvensi Rotterdam akan berhasil melarang semua perdagangan asbes. Regulasi yang lebih ketat dan intensifikasi penelitian translasional dan klinis terhadap pencegahan dan pengobatan, semuanya akan diperlukan untuk mengurangi dampak mematikan dari epidemi mesothelioma ganas yang berkelanjutan yang disebabkan oleh diri kita sendiri.
*Nico van Zandwijk, John E J Rasko, Anthony M George, Arthur L Frank, Glen Reid
Lancet Oncol 2022
Diterbitkan Daring : 30 Agustus 2022
https://doi.org/10.1016/S1470-2045(22)00269-8
Faculty of Medicine and Health, The University of Sydney, Sydney, NSW 2050, Australia (NvZ, JEJR); Concord Repatriation General Hospital, Concord, NSW, Australia (NvZ); Department of Cell and Molecular Therapies, Royal Prince Alfred Hospital, Camperdown, NSW, Australia (NvZ, JEJR); Gene and Stem Cell Therapy Program, Centenary Institute, Camperdown, NSW, Australia (JEJR); School of Life Sciences, University of Technology, Broadway, NSW, Australia (AMG); School of Public Health of Drexel University, Philadelphia, PA, USA (ALF); Department of Pathology, Otago Medical School, University of Otago, Dunedin, New Zealand (GR)
nico.vanzandwijk@sydney.edu.au
Kami menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing. JEJR menerima dana dari Dewan Riset Kesehatan dan Medis Nasional Australia (hibah penyelidik nomor 1177305), Yayasan Li Ka Shing, dan industri bangunan CSR Australia untuk uji coba imunologi. ALF terlibat dalam pekerjaan medis-hukum tentang asbes, terutama untuk penggugat. Kami berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Sydney Local Health District saat menulis Reportase ini. Kami juga berterima kasih kepada Elaine Tam (University of Sydney, Sydney, NSW, Australia) atas koreksi dan revisi manuskrip yang cermat. Lihat secara Daring untuk lampiran.
1 Frank AL, Joshi TK. Penyebaran global asbes. Ann Glob Health 2014; 80: 257–62.
2 Furuya S, Chimed-Ochir O, Takahashi K, David A, Takala J. Bencana asbes global. Int J Environ Res Public Health 2018; 15: 1000.
3 Zhai Z, Ruan J, Zheng Y, et al. Penilaian tren global dalam diagnosis mesothelioma dari tahun 1990 hingga 2017. JAMA Netw Open 2021; 4: e2120360.
4 Alpert N, van Gerwen M, Taioli E. Epidemiologi mesothelioma pada abad ke-21 di Eropa dan Amerika Serikat, 40 tahun setelah penggunaan asbes yang dibatasi/dilarang. Transl Lung Cancer Res 2020; 9 (suppl 1): S28–38.
5 IARC. Arsenik, logam, serat dan debu. Lyon, International Agency for Research on Cancer, 2012.
6 WHO. Asbes Krisotil. Environmental health criteria 203. 1998. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42104/9241572035_eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y (accessed Jan 8, 2022).
7 Doll R. Kematian akibat kanker paru-paru pada pekerja asbes. Br JInd Med 1955; 12: 81–86.
8 Wagner JC, Sleggs CA, Marchand P. Mesothelioma pleura difus dan paparan asbes di provinsi North Western Cape. Br J Ind Med 1960;17: 260–71.
9 Donovan EP, Donovan BL, McKinley MA, Cowan DM, Paustenbach DJ. Evaluasi paparan asbes dan penyakit yang dibawa pulang (para-pekerjaan): tinjauan literatur. Crit Rev Toxicol 2012; 42: 703–31.
10 Dalsgaard SB, Wurtz ET, Hansen J, Roe OD, Omland O. Paparan asbes lingkungan di masa kanak-kanak dan risiko mesothelioma di kemudian hari: studi kohort berbasis daftar tindak lanjut jangka panjang. Occup Environ Med 2019; 76: 407–13.
11 Ferrante D, Mirabelli D,Tunesi S,Terracini B, Magnani C. Mesothelioma pleura dan paparan asbes pekerjaan dan non-pekerjaan: studi kasus-kontrol dengan penilaian risiko kuantitatif. Occup Environ Med 2016; 73: 147–53.
12 Airoldi C, Magnani C, Lazzarato F, Mirabelli D, Tunesi S, Ferrante D. Paparan asbes lingkungan dan pengelompokan mesothelioma ganas di masyarakat: analisis spasial dalam studi kasus-kontrol berbasis populasi. Environ Health 2021; 20: 103.
13 Korda RJ, Clements MS, Armstrong BK, et al. Risiko kanker yang terkait dengan paparan perumahan terhadap insulasi asbes: studi kohort seluruh populasi. Lancet Public Health 2017; 2: e522–28.
14 Olsen NJ, Franklin PJ, Reid A, et al. Peningkatan kejadian mesothelioma ganas setelah paparan asbes selama pemeliharaan rumah dan renovasi. Med J Aust 2011; 195: 271–74.
15 Joint Policy Committee of the Societies of Epidemiology. Pernyataan posisi pada asbes. 2012. http://epimonitor.net/Epi-Docs/03.JPC-SEPosition_Statement_on_Asbestos-June_4_2012-Full_Statement_and_Appendix_A.pdf (accessed Jan 9, 2022).
16 Smith AH, Wright CC. Krisotil asbes adalah penyebab utama mesothelioma pleura. Am J Ind Med 1996; 1: 252–66.
17 Lin RT, Takahashi K, Karjalainen A, et al. Hubungan ekologis antara penyakit terkait asbes dan riwayat paparan asbes: analisis internasional. Lancet 2007; 369: 844–49.
18 Jiang L, Akatsuka S, Nagai H, et al. Kelebihan zat besi khas pada mesothelioma ganas yang diinduksi krisotil. J Pathol 2012; 228: 366–77.
19 Bernstein DM, Rogers R, Smith P. Biopersistensi asbes krisotil Kanada setelah terhirup. Inhal Toxicol 2003; 15: 1247–74.
20 Bernstein D, Dunnigan J, Hesterberg T, et al. Risiko kesehatan krisotil ditinjau kembali. Crit Rev Toxicol 2013; 43: 154–83.
21 Suzuki Y, Yuen SR, Ashley R. Serat asbes pendek dan tipis berkontribusi pada perkembangan mesothelioma ganas manusia: bukti patologis. Int J Hyg Environ Health 2005; 208: 201–10.
22 Feder IS, Tischoff I, Theile A, Schmitz I, Merget R, Tannapfel A. Beban serat asbes di paru-paru manusia: wawasan baru ke dalam perdebatan krisotil. Eur Respir J 2017; 49: 1602534.
23 Boulanger G, Andujar P, Pairon JC, et al. Kuantifikasi serat asbes pendek dan panjang untuk menilai paparan asbes: tinjauan toksisitas ukuran serat. Environ Health 2014; 13: 59.
24 Wong JYY, Rice C, Blair A, Silverman DT. Risiko mesothelioma di antara mereka yang terpapar asbes krisotil dan krisotil campuran yang mengandung amfibol: studi kasus-kontrol di AS, 1975–1980. Occup Environ Med 2021; 78: 199–202.
25 Baur X, Soskolne CL, Lemen RA, Schneider J, Woitowitz HJ, Budnik LT. Bagaimana penulis yang bertentangan merusak kampanye Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menghentikan semua penggunaan asbes: sorotan pada penelitian yang menunjukkan bahwa krisotil bersifat karsinogenik dan memfasilitasi penyakit terkait asbes non-kanker lainnya. Int J Occup Environ Health 2015; 21: 176–79.
26 Baur X, Frank AL. Meremehkan karsinogenisitas asbes krisotil yang sedang berlangsung oleh kepentingan pribadi. J Occup MedToxicol 2021; 16: 6.
27 Zolondick AA, Gaudino G, Xue J, Pass HI, Carbone M, Yang H. Peradangan kronis yang diinduksi asbes pada mesothelioma pleura ganas dan pendekatan terapeutik terkait — sebuah narasi. Precis Cancer Med 2021; 4: 27.
28 Neri M, Ugolini D, Boccia S, et al. Kemoprevensi kanker terkait asbes: tinjauan sistematis. Anticancer Res 2012; 32: 1005–13.
29 Omenn GS, Goodman GE, Thornquist MD, et al. Faktor risiko kanker paru-paru dan efek intervensi dalam CARET, Uji Coba Efikasi Beta-Karoten dan Retinol. J Natl Cancer Inst 1996; 88: 1550–59
30 Alpha-Tocopherol, Beta Carotene Cancer Prevention Study Group. Pengaruh vitamin E dan beta karoten terhadap kejadian kanker paru-paru dan kanker lainnya pada pria perokok. N Engl J Med 1994; 330: 1029–35
31 Testa JR, Berns A. Model praklinis mesothelioma ganas. Front Oncol 2020; 10: 101.
32 Reid G, Klebe S, van Zandwijk N, George AM. Asbes dan zeolit: dari A ke Z melalui ion yang sama. Chem Res Toxicol 2021; 34: 936–51.
33 Nowak AK, Jackson A, Sidhu C. Manajemen mesothelioma pleura lanjut — di persimpangan jalan. J Oncol Pract 2021; 18: 116–25.
34 Baas P, Scherpereel A, Nowak AK, et al. Nivolumab lini pertama plus ipilimumab pada mesothelioma pleura ganas yang tidak dapat dioperasi (CheckMate 743): uji coba multisenter, acak, label terbuka, fase 3. Lancet 2021; 397: 375–86.
35 Lofiego MF, Cannito S, Fazio C, et al. Renovasi imun epigenetik sel mesothelioma: strategi baru untuk meningkatkan kemanjuran imunoterapi. Epigenomes 2021; 5: 27